Badut Anak Ngamen Dijalanan, Dinsos Kukar Turun Tangan

Kehadiran badut di jalan-jalan Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi perhatian. Pasalnya badut tersebut kerap kedapatan dilakukan oleh anak-anak. Hal ini jelas tak dibenarkan.

Dinas Sosial (Dinsos) Kukar pun turun tangan merespon keluhan masyarakat tersebut. Dengan melakukan kroscek dan memberikan teguran kepada pemilik penyewaan kostum badut. Agar tidak memberikan penyewaan kepada warga yang berusia dibawah umur, atau masih anak-anak. 

Kepala Dinsos Kukar Hamly mengungkapkan, kehadiran badut ini sebenarnya masuk kepada ranah ketentraman dan ketertiban umum. Yang menjadi domainnya Satpol PP. 

Hanya saja, karena ada dampak sosialnya. Apalagi pelakunya masih ana-anak, maka pihaknya berusaha untuk turun tangan dengan persuasif, memberikan edukasi baik kepada penyewa hingga pelakunya.

“Satpol yang menemukan, namun diantara mereka (badut) itu ada yang berusia anak-anak. Makanya kami dihubungi Satpol saya pikir anak itu ditahan di Satpol, ternyata dipulangkan. Bahkan anak-anak ini masih sekolah, dalam hal ini kami juga berkoordinasi dengan DP3A,” jelasnya.

Agar kejadian ini tidak terulang, Dinsos Kukar pun langsung memanggil pemilik penyewaan kostum badut tersebut. Untuk memberikan ultimatum, agar tidak menyewakan kepada anak-anak.

“Kalau masih melakukannya, maka mengarah kepada tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Karena bekerja mendapatkan hasil dengan pekerjaannya dilakukan oleh anak-anak. Dan ini juga bertentangan dengan Perda Kukar tahun 2019 terkait tentang zona bebas pekerja anak,” tegasnya.

Sedangkzn dari motif anak-anak, didapatii bahwa anak-anak ini bekerja karena memang niat pribadi si anak yang ingin menabung.

“Orangtuanya si anak itu bercerai kemudian anaknya yang berinisiatif. Sebenarnya kedua anak ini adalah kakak beradik dan tidak bekerja secara utuh, karena mereka masih sekolah,” sebutnya.

Dari hasil investigasi yang dilakukan Dinsos, terdapat empat anak yang masih bekerja paruh waktu di malam hari. Meskipun pagi hari tetap bersekolah. Yakni, tiga anak menjadi badut, dua orang diantaranya kakak beradik, satu anak lagi yang biasa berjualan kue digendong diatas kepala.

Setelah mendapat pendekatan dan pendampingan dari Dinsos anak-anak ini akhirnya sudah mengurangi aktifitasnya. “Kami larang tidak boleh ngebadut atau kerja jualan lagi ke jalan, fokus di sekolah kita pantau di sekolah ya setelah kita lakukan pendampingan pembinaan gitu Alhamdulillah tidak ada lagi mereka beraktivitas jadi badut,” pungkasnya. (kf/red)

ADVERTORIAL DISKOMINFO KUTAI KARTANEGARA

Tinggalkan Komentar