LOKAL+

Maria Majewska, Pelajar Polandia yang Ikut Hadiri Puncak HPS di Titik Nol IKN Kaltim

Maria Majewska, Pelajar Polandia yang Ikut Hadiri Puncak HPS di Titik Nol IKN Kaltim
Maria bersama Gubernur Kaltim Isran Noor. (Foto: Diskominfo Kaltim)

Pelajar asing ikut menghadiri upacara puncak Hari Sumpah Pemuda (HPS) di ke 94 tahun 2022 di Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN) Kaltim, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).

Pelajar tersebut adalah Maria Majewska, asal Polandia yang sudah tiga bulan menetap di Benua Etam, menjalani program pertukaran pelajar di Samarinda SMK TI Erlangga. Program ini diselenggarakan oleh yayasan Bina Antarbudaya.

Maria mengungkapkan, orang-orang Indonesia sangat menyenangkan dan bersahabat. Dia mengaku suka dengan budaya dan suku di Indonesia yang menurutnya sangat beragam. Berbeda dengan negaranya yang mana cuma ada satu bahasa Polandia saja.

“Indonesia merupakan Negara yang indah di mana kultur di sini beragam. Berbeda dengan negara saya, hanya ada satu suku dan bahasa polandia saja. Orang-orangnya pun sangat menyenangkan dan menerima saya,” ujar Maria, Jumat (28/10/2022).

Selama di Indonesia, Maria tinggal bersama orang tua angkat. Aktivitas kesehariannya berangkat ke sekolah bersama saudari angkatnya dengan mengendarai sepeda motor. Ini juga menjadi perbedaan di negara asalnya, di mana di sekolah mereka disediakan fasilitas asrama. Sedangkan untuk kuliner, Maria menyukai nasi goreng, bubur ayam, dan masakan pedas.

Di Samarinda, Maria Majewska tinggal bersama keluarga muslim. Maria sendiri nonmuslim. Dia juga melihat di lingkungan sekolah terdapat beberapa agama lain. Dia mengaku salut karena toleransi hidup di Indonesia sangat luar biasa.

“Agama memang berbeda. Tetapi nilai-nilai yang diajarkan sama,” sebutnya dalam bahasa Indonesia.

Gadis bertubuh semampai ini bakal kembali ke Polandia pada 9 November nanti, setelah genap belajar selama tiga bulan di Samarinda. Lantas kesan terbaik apa yang akan ia bawa ke Polandia dari Samarinda?

“Budaya salim (cium tangan). Saya akan bawa budaya salim ke Polandia,” tutur Maria.

Menurut dia, budaya salim ini tidak ada di Polandia. Padahal, kata dia, salim adalah bentuk nyata sebuah respek kepada orang tua, guru, kakak, atau orang yang dianggap tua.

Dia setiap hari selalu mendapat salim dari anak-anak sang pemilik rumah yang masih kecil-kecil saat hendak berangkat ke sekolah.

“Awalnya saya kaget. Saya tidak tahu itu apa. Tapi lama-lama, saya jadi terbiasa. Ini semacam respek dan penghormatan kepada yang lebih tua. Saya suka, karena itu, budaya salim ini akan saya bawa ke Polandia,” pungkasnya. (***)

Comments

POPULER

To Top