Bangunlah Jiwanya Bangunlah Raganya: Peluncuran Naskah Sumber Arsip Presiden Sukarno dan OlahragaPrevious
Naskah Sumber Arsip (NSA) merupakan salah satu jenis publikasi arsip. Sebagai salah satu metode diseminasi informasi arsip, Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan (Pusdipres) melalui Tim Layanan dan Pemanfaatan (LP) menyelenggarakan peluncuran NSA dengan tema Presiden Sukarno dan Olahraga.
Kegiatan peluncuran ini turut menghadirkan tiga orang narasumber dengan Nurarta S selaku moderator. Acara ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Arsip Nasional RI.
Sesi pertama dari kegiatan peluncuran adalah pembukaan yang disampaikan oleh Kepala Pusdipres, Mira Puspitarini. Pelaksanaan dari Kegiatan Peluncuran NSA dengan tema “Bangunlah Jiwanya Bangunlah Raganya” memiliki tujuan sebagai diseminasi informasi terkait arsip Kepresidenan.
Selain itu, dengan kegiatan ini diharapkan agar memperoleh masukan dari para narasumber. Beberapa arsip yang berasal dari khazanah yang tersimpan di ANRI digunakan dalam NSA ini sebagai upaya diseminasi informasi dan pengetahuan tentang olahraga, khususnya pada masa Presiden Sukarno.
Pemapar yang pertama adalah RN Bayu Aji. Materi yang dipaparkan adalah peranan Sukarno dalam Pembangunan olahraga nasional. Pemaparan materi diawali dengan filosofis olahraga dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai yang dikonstruksikan dalam olahraga mencakup emosi, politik, ekonomi dan gaya hidup.
Pemaparan dilanjutkan dengan sejarah perjalanan panjang olahraga di Indonesia. PON pertama pada 1948 merupakan persiapan Olimpiade London dan Asian Games 1951. Lokasi PON I yang berlangsung pada 9-12 September 1948 ada di Surakarta dengan jumlah atlet mencapai 600 orang, 9 cabang olahraga. Perhelatan olahraga dalam negeri kemudian dilanjutkan dengan Pekan Olahraga Mahasiswa yang diselenggarakan pada 16-20 Desember 1951 di Yogyakarta.
Representasi Presiden Sukarno dalam Pembangunan olahraga salah satunya tertuang pada Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1957 yang berbunyi “Olahraga sebagai salah satu elemen dari nation building”. Selain itu, olahraga merupakan bagian dari revolusi pancamuka dalam membangun Indonesia baru.
Materi NSA yang kedua dipaparkan oleh Amin Rahayu dengan tema Indonesia dalam pertandingan olahraga Interasional. Pada tahun 1962 merupakan tahun pembuktian pertama Indonesia dalam perhelatan olahraga tingkat Asia yaitu Asian Games IV.
Perhelatan internasional lainnya adalah Games of New Emerging Forces (Ganefo) pada 1963. Berbicara mengenai prestasi prestasi di level internasional, olahraga badminton mampu meraih Piala Thomas pada 1958.
Pemapar yang ketiga disampaikan oleh Lanny Gumulya yang merupakan saksi Sejarah pada perhelatan Asian Games IV, dan Laura. Beliau merupakan atlet dari cabang olahraga lompat indah yang meraih medali emas pada usia 17 tahun.
Lanny yang merupakan warga keturunan Tionghoa dengan marga Goei, diarahkan oleh Presiden Sukarno untuk merubah menjadi nama Indonesia. Nama Gumulya merupakan pemberian dari Presiden Sukarno yang memiliki makna Goei yang Mulya. Lanny Gumulya hingga saat ini merupakan Perempuan Indonesia satu-satunya yang meraih medali emas pada kancah Asian Games.
Lanny Gumulya merasa bangga dan terharu ketika beliau memiliki kesempatan untuk berdansa Lenso bersama Presiden Sukarno. Pada kesempatan itu, Presiden Sukarno berkata kepada Lanny Gumulya “Lanny saya bangga kamu telah mempersuntingkan Bunga Melati di sanggul ibu pertiwi.” Kisah perjuangan Lanny Gumulya kini telah diabadikan dalam biografi yang bertajuk Lanny Gumulya. (adv/anri/red)
BACA JUGA