Disdikbud Samarinda Dorong Sekolah Inklusi, Sudah Berjalan 50 Persen Lebih

disdikbud samarinda

Disdikbud Kota Samarinda telah mengganti Pusat Layanan Autis menjadi Pusat Layanan Disabilitas. Yang kemudian akan diupgrade ke dalam perda pendidikan. Guna mendorong sekolah inklusi di Kota Samarinda.

Seperti diketahui, Pemerintah Kota Samarinda memiliki UPT Pusat Layanan Autis (PLA). Yang mulai beroperasi sejak tahun 2015 untuk melayani terapi anak-anak dengan autisme di Ibu kota Kaltim.

Namun pada 2020 Ditjen PMPK Kemendikbudristek kemudian mengimbau untuk mengganti namanya. Pemkot Samarinda kemudian melaksanakan pergantian nama itu, pada 2023 kemarin.

Dengan mengganti UPT Pusat Layanan Autis (PLA) menjadi Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (PLDPI).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Asli Nuryadin menjelaskan pihaknya pada tahun ini akan mengmasukkan perubahan nama itu ke dalam perda pendidikan tahun 2013.

“Perda pendidikan kita itu kan 2013. Perda itu sudah cukup lama karena di perda itu masih ada SMA dan SMK. Jadi sekaligus pelepasan itu yang kini dipegang pemprov,” jelas Asli Rabu 14 Maret 2024.

“Jadi kita itu kan ada PAUD, TK, SD, SMP ada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), selain itu ada juga PLDPI tadi,” sambungnya.

Menurut Asli, perubahan itu tak hanya sekadar nama. Melainkan juga pelayanan di sana. Karena di dalam layanan disabilitas ada terapis, dokter, juga psikolog yang khusus menangani anak berkebutuhan khusus.

Dengan berganti nama, maka pelayanannya akan lebih luas. Sekaligus menaungi 178 sekolah negeri dan swasta di Samarinda yang sudah menyelenggarakan pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan khusus ringan.

“jadi anak-anak disabilitas itu, kalau dia ringan, dia dibolehkan masuk ke sekolah umum. Nanti di sana kan ada guru juga yang sudah di-assesment.”

Meski sarana khusus atau guru yang spesifik menangani kebutuhan khusus tidak ada di sekolah negeri. Namun kata Asli, niat tulus dan ikhlas guru umum akan dibekali oleh sistem dari PLDPI itu, Mereka bisa mengajar di sekolah yang umum.

Asli berharap secara perlahan semua sekolah di Samarinda bisa menjadi sekolah inklusi. Karena jika semua sekolah sudah inklusi, maka Samarinda akan menjadi sekolah ramah anak kota layak anak.

Asli mencatat, progresnya sekitar 50% lebih. Karena baru 178 sekolah yang menerima anak disabilitas atau berkebutuhan khusus dari jumlah keseluruhan 310 sekolah.

“Target 100%, kita lihat situasi, gurunya masih terbatas. Tapi sekolah yang ada ini, sudah memfasilitasi akses anak disabilitas ini,” pungkasnya. (ens/nus)

Tinggalkan Komentar