LOKAL+

Pemkot Samarinda Bangun Terowongan Pertama Urai Kemacetan

Proses Ground Breaking Terowongan Gunung Manggah yang dilakukan oleh Andi Harun (kanan). (Sigit/Kaltim Faktual)

Pembangunan Terowongan Samarinda alias Terowongan Gunung Manggah dimulai. Jumat pagi, Wali Kota Andi Haru melakukan ground breaking. Ia membeberkan alasan memilih terowongan ketimbang flyover untuk kawasan tersebut.

Dikutip dari Kaltim Faktual, Proyek terowongan yang sudah diwacanakan dari 2021 lalu akhirnya mulai dijalankan. Jumat 20 Januari, sehari sebelum hari jadi kota. Wali Kota Andi Harun secara resmi meletakkan batu pertama pembangunan terowongan. Di sisi Jalan Sultan Alimuddin.

Andi bilang, terowongan ini sudah sangat ditunggu warga Samarinda. Selain menjadi jalan alternatif untuk memecah kepadatan lalu lintas di Jalan Otto Iskandardinata (Otista), terowongan juga akan menjadi ikon baru Kota Tepian.

“Sudah saatnya wilayah ini memiliki jalan alternatif untuk menangani kemacetan di beberapa ruas jalan yang menjadi akses pintu masuk ke wilayah Kota Samarinda,” kata Andi Harun dalam sambutannya.

Andi secara tegas menginginkan proyek dengan skema tahun jamak ini selesai sebelum masa kepemimpinannya berakhir.

“Durasi pembangunan 18 hingga 22 bulan sampai tahun 2024. Dengan anggaran tak main-main sebesar Rp395 miliar bersumber dari APBD Samarinda,” tegasnya.

Kenapa Harus Terowongan?

Andi Harun memiliki alasan khusus kenapa memilih membuat terowongan ketimbang melebarkan jalan atau membuat flyover.

Di luar kesan gagah-gagahan, karena ini akan menjadi terowongan pertama di Kaltim. Layaknya Flyover Air Hitam yang merupakan jembatan layang pertama di Bumi Etam.

Terowongan Samarinda ini adalah opsi yang paling realistis bagi Andi Harun. Menimbang kondisi sosial masyarakat di sekitar Gunung Manggah.

“Ketika kita merencanakan jalan layang atau pelebaran jalan di Sungai Dama, ternyata biaya pembebasan lahannya lebih dari Rp700 miliar.”

“Luas jalur di Otista itu sempit. Jadi kalau memilih jembatan layang, otomatis tiang penyangganya berdiri di tengah jalan dan proses pembebasan lahan di sisi kanan dan kiri jalan juga akan memakan banyak anggaran dan proses yang lama.”

“Oleh karena itu. Saya memilih opsi terowongan yang tidak hanya memecahkan persoalan (kepadatan) jalan, terowongan juga menjauhkan pemerintah dari persoalan sosial,” sambungnya.

Ada yang membedakan terowongan yang rencananya memiliki panjang sekitar 700 meter tersebut, dengan terowongan di daerah lain kata Andi Harun.

“Terowongan nantinya dengan konsep Mountain Tunnel. Yang berbeda dengan daerah lain adalah pembangunan terowongan ini satu-satunya yang dibiayai oleh pemda melalui APBD, dan bukan dari dana pusat.”

“Ekosistem alam di atas gunung juga jadi perhatian. Seperti kondisi tanah dan lainnya tidak berubah. Makanya perlu kehati-hatian dan proses dalam pembangunannya,” pungkasnya. (kf)

Comments

POPULER

To Top