Hadapi Guinea, Timnas U-23 Indonesia Mulai Adaptasi Cuaca hingga Atasi Kelelahan
Skuad Garuda Muda mempunyai waktu dua hari lagi untuk mempersiapkan diri.
Pemain tim U-23 Indonesia, Ikhsan Nul Zikrak, mengakui masih sedikit lelah seusai mengikuti latihan perdana Garuda Muda di Stade Leo Lagrange, Besancon, Prancis, Senin (6/5) siang waktu setempat.
Ini disebabkan skuad Timnas Indonesia U-23 menempuh perjalanan selama 7 jam dari Doha (Qatar) menuju Paris (Prancis) pada Minggu (5/5).
Setibanya di Prancis, pelatih Shin Tae-yong, memberikan waktu kepada para pemainnya untuk beristirahat sebelum mereka kembali ke lapangan pada Senin (6/5).
“Tentu anak-anak agak kecapekan, (setelah menempuh) perjalanan tujuh jam,” kata Ikhsan Nul Zikrak.
“Tapi kami menyesuaikan diri di latihan hari pertama ini,” ujarnya menambahkan
Salah satu tantangan yang dihadapi Ikhsan Nul Zikrak dan kawan-kawan adalah adaptasi. Para pemain Timnas Indonesia U-23 harus membiasakan diri dengan kondisi cuaca di Prancis yang cukup dingin.
“Tentu kami menyesuaikan keadaan dan pada hari pertama ini cuma latihan ringan. Conditioning,” ucap pemain asal Borneo FC Samarinda tersebut.
Ikhsan berharap proses adaptasi ini tidak menemui kendala. Sebab, Ikhsan dan kawan-kawan harus menghadapi Guinea
“Kami mempersiapkan diri agar bisa bermain bagus dan masuk ke Olimpiade,” tutur Ikhsan.
Shin Tae-yong Ingin Kebugaran Pemain Terjaga
Pelatih tim U-23 Indonesia Shin Tae-yong lebih berkonsentrasi untuk menjaga kebugaran pemain jelang menghadapi Guinea di Paris (9/5) pada laga play-off untuk memperebutkan satu tiket tersisa ke Olimpiade Paris.
‘’Karena letih jadi hanya latihan pemulihan fisik dan taktik sebentar. Memang kemarin kita perjalanan lumayan jauh,’’ jelas Shin.
‘’Seperti apa yang Anda lihat. Jadi semua menggunakan jaket yang tebal, suhu lumayan dingin. Yang paling penting sebenarnya kontrol kondisi pemain. Jadi secara psikologis mulai capek, mulai lelah. Yang penting kita bisa kontrol kondisi pemain agar tetap bugar.’’
Shin mengakui keberangkatan ke Paris memang dijadwalkan jauh-jauh hari. Ini dilakukan agar pemain memiliki adaptasi dengan cuaca yang cukup.
Seperti diketahui saat putaran final Piala Asia U-23 di Doha, cuaca sangat panas sekitar 35 derajat celsius. Akan tetapi, di Paris saat ini relatif dingin (sekitar 12 derajat celcius), sehingga adaptasi pemain terhadap cuaca harus dilakukan jauh-jauh hari.’’
‘’Jadi memang ada kesulitan masalah makanan dan tidur. Karena kita juga buru-buru pesan hotel dan lain-lain karena baru bisa dilakukan setelah selesai pertandingan kemarin di Doha. Jadi ada masalah sedikit,’’ucapnya.
Shin Tae-yong juga mengeluhkan lapangan tempat berlatih, yakni Stade de Lagrange yang kurang representatif.
‘’Memang di bawah standar, ya. Artinya tidak seperti di Doha, tetapi katanya di sini yang rumputnya paling baik. Jadi mau tidak mau kita harus adaptasi dengan situasi dan kondisi di sini,’’pungkasnya.
Shin Tae-yong juga menyinggung soal kedatangan Alfeandra Dewangga. Dia menyebut pemain yang merumput bersama PSIS Semarang itu sedang menunggu visa. Jika visa Dewangga sudah selesai, ia akan bergabung dengan pemain lainnya di Paris. (ps/red)
BACA JUGA