Aktivitas Vulkanik Merapi Masih Terjadi, Masyarakat Diminta Waspada
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berlangsung ditandai dengan masih berlangsungnya suplai magma baik dari dalam maupun dangkal.
Hal ini dapat memicu terjadinya awan panas di dalam daerah potensi bahaya.
Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan waspada karena aktivitas vulkanik Gunung Merapi tersebut masih terhitung normal.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak menaikkan status gunung tersebut.
“Karakter erupsi Gunung Merapi 2021-2023 diantaranya adalah tipe erupsi bersifat efusif yang didahului oleh erupsi-erupsi freatik. Suplai magma baik dari dalam maupun dangkal masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas di dalam daerah potensi bahaya. Awanpanas dan guguran dapat terjadi sewaktu-waktu,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto dalam Konferensi Pers Update Gunung Merapi secara virtual, Senin (21/3/2023).
Menurut Sugeng, kejadian awan panas guguran masih sulit untuk diprediksi dari sisi waktu kejadiannya namun dapat diperkirakan potensi bahayanya.
“Untuk meminimalisir kerugian dan menghindari korban akibat erupsi ini adalah dengan cara meningkatkan keakuratan dan kecepatan asesmen bahaya serta memastikan masyarakat dapat merespon peringatan dini dengan cepat dan tepat,” lanjut Sugeng.
Potensi Bahaya
Sugeng mengungkapkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Karena aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berlangsung dan masih mengeluarkan lontaran abu vulkanik, Badan Geologi meminta agar masyarakat dan pemerintah mengantisipasi gangguan abu vulkanik tersebut.
Meski tidak menimbulkan bahaya secara langsung namun cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Penduduk yang terkena hujan abu tidak serta merta harus mengungsi.
Berdasarkan hasil monitoring Badan Geologi, untuk saat ini aktivitas erupsi Gunung Merapi didominasi oleh guguran lava yang terjadi sekitar 150 kejadian/hari dan tampak pijar di malam hari
Aktivitas kegempaan internal masih tinggi. Berdasarkan data 1 minggu terakhir tercatat, gempa vulkanik dalam (VTA) lebih dari 1 kali per hari, vulkanik dangkal (VTB) 3 kejadian per hari dan multifase (MP) terjadi 26 kejadian per hari.
Sementara data deformasi tiltmeter lereng utara menunjukkan adanya perubahan kemiringan pada akhir Desember 2022. Data deformasi GPS baseline selatan-utara (LABH-JRKH) juga menunjukkan ada inflasi sejak akhir Desember 2022.
“Kenaikan ini menunjukkan adanya suplai magma dari dalam masih berlangsung. Pasca awan panas guguran (APG), aktivitas saat ini dominan pertumbuhan kubah lava dan kejadian guguran. Badan Geologi akan menyampaikan peringatan dini langsung kepada warga melalui Broadcast SMS dan WA kepada Kepala Dusun, melalui radio VHF, telepon, dan semua moda komunikasi yang memungkinkan. Sirine menjadi tanda peringatan dini yang lugas untuk evakuasi,” tutup Sugeng. (sf/nus/red)
BACA JUGA