Mereka Ada untuk Diteladani
Ketika kita menyimak kisah orang-orang shalih terdahulu, maka sudah pasti kita akan dibuat berdecak kagum dengan hal luar biasa yang ada pada kehidupan mereka.
Baik berupa kecerdasan dan kekuatan hafalan yang memang sangat mengagumkan. Karya-karya yang sangat banyak, yang seakan umur mereka tidaklah cukup untuk melahirkan tulisan sebanyak itu.
Hal mengagumkan lainnya adalah ibadah mereka yang seakan tak mengenal istilah lelah. Ada yang menjaga shalat berjamaah hingga berpuluh tahun tanpa tertinggal shaf awal. Ada mengkhatamkan Qur’an berkali-kali dalam sehari, amal harta yang besarnya tidak terkira dan masih banyak lainnya.
Ada juga yang kagumnya dengan peristiwa ajaib yang mereka alami. Hal-hal di luar nalar yang merupakan bentuk karamah dari Allah untuk para walinya.
Lalu hari ini dimunculkanlah kesan, seolah-olah mereka itu tokoh dari dimensi alam lain yang tidak mungkin untuk dicontoh. Tarikh orang shalih dibumbui hal aneh yang tak masuk akal, yang seakan menjadi sebab musabab mereka bisa mendapatkan kemuliaannya.
Sehingga, generasi sekarang hanya diibuat kagum, keheranan tapi tidak pernah dibangkitkan keinginan untuk meneladani pendahulunya.
Padahal, kisah keteladanan mereka direkam dalam kitab para ulama, tujuannya bukan untuk dijadikan dongeng belaka, tapi untuk diikuti dan diteladani.
Dan satu hal yang bisa disimpulkan ketika kita menyimak perjalanan salaful shalih, di balik karunia besar yang mereka dapatkan, ada amal besar yang menjadi latar belakangnya.
Semuanya tidak ada yang instan. Dibalik karunia ilmu mereka, ibadah mereka dan karamah-karamah luar biasa lainnya. Ada perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh mereka sendiri dan bahkan sejak orang tuanya.
Di dalamnya ada akhlaqul karimah, ada birrul walidain, ada kesabaran panjang melalui ujian, dan kesungguhan do’a yang tak mengenal putus asa.
Maka jangan pernah tertipu dengan resep ala mie Instan : Lakukan ini, tunggu 3 menit, lalu jreng siap disantap. Yang begini, bukan karamah yang kita dapatkan, tapi malah akan jadi korban penipuan….
Pengen pinter malah jadi korban jargon lembaga pendidikan. Atau pengen jadi orang kaya yang ahli sedekah malah jadi korban investasi abal-abal, atau yang ingin sembuh dari sakit secara ajaib malahan jadi korban padepokan. Wallahu musta’an. (***)
*Ditulis oleh Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ponpes Subulana Bontang.
BACA JUGA