Meriahnya Pawai Ta’aruf MTQ Nasional ke-30 di Samarinda: ada Puluhan Mobil Hias Khas dari Berbagai Provinsi

Kemeriahan Pawai Ta’aruf membuka gelaran akbar MTQ Nasional ke-30. Puluhan mobil hias dari berbagai provinsi tampil dengan apik. Membawa ke-khas-an dari masing-masing daerah, lalu menyusuri Kota Samarinda dan disambut tumpah ruah masyarakat.

Gelaran akbar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-30 telah dimulai. Ribuan warga dari luar daerah, bertandang ke Kaltim, utamanya Kota Samarinda. Sebab Benua Etam, menjadi tuan rumah untuk tahun ini.

Selama 10 hari penuh, 7-10 September 2024, rangkaian acara berlangsung. Berbagai cabang lomba dilagakan, ribuan peserta dari puluhan provinsi memperebutkan medali dan gelar juara. Sepanjang itu, Kota Samarinda bakal lebih ramai dibandingkan biasanya.

Perhelatan MTQ Nasional ke-30 berhasil dibuka dengan meriah. Melalui Pawai Ta’aruf yang diselenggarakan Sabtu, 7 September 2024. Diikuti puluhan mobil hias rombongan kafilah dari 30 provinsi yang berpartisipasi.

Rombongan kafilah Pawai Ta’aruf berangkat dari Jalan Kusuma Bangsa menuju arah Jalan Agus Salim. Lalu Jalan KH Abdurrasyid, ke Jalan Awang Long, dan berakhir di Jalan Gadjah Mada depan Kantor Gubernur Kaltim. 

Sepanjang rute itu, masyarakat Samarinda tumpah ruah menyaksikan langsung dari tepi jalan. Ikut melihat keragaman mobil hias sekaligus menyambut ribuan kafilah dari luar daerah. Sesekali minta foto jika ada yang unik.

Puluhan mobil yang berpartisipasi, dihias dengan apik. Beragam bentuk dan desain bisa disaksikan meriah, para kafilah menggunakan kostum atau pakaian adat. Masing-masing provinsi membawa kekhasan dari daerahnya.

Kafilah Minangkabau

Misalnya kafilah dari Minangkabau. Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat Al Amin, menjelaskan mobilnya membawa simbol kebanggaan dari daerah asalnya. Yakni Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.

“Termasuk 7 masjid termegah di dunia. Salah satunya di Indonesia masjid itu. Kenapa namanya itu? Karena satu-satunya orang Indonesia yang menjadi imam di Masjidil Haram Makkah adalah orang Minangkabau, makanya kita abadikan,” jelasnya kepada media.

Selain mobil hias, kafilah Minangkabau ini juga menampilkan pakaian adat pernikahan bernama anak daro jo marapulai bernuansa merah. Cukup menarik perhatian masyarakat yang menonton.

Al Amin menjelaskan pihaknya membawa seratus lebih rombongan. Dan mengikuti seluruh cabang lomba. Dan sudah bersiap sejak 1 tahun lalu. Berharap bisa bertahan juara 5 nasional seperti sebelumnya atau bahkan lebih tinggi lagi.

“Samarinda bagus, bersih, dan orangnya ramah-ramah,” pungkasnya.

Kafilah Jawa Timur

Semarak lain juga datang dari Jawa Timur. Kafilah menggunakan mobil hias miniatur langgar panggung. Tempat beribadah ketika kerajaan Majapahit. Menggunakan corak bernuansa kerajaan.

Pengurus LPTQ Jawa Timur, Muhammad Isa menjelaskan, tempat asli dari miniatur yang dibawanya itu ada di daerah Surabaya. Sehingga dibuat semirip mungkin meski makan waktu cukup lama.

“Kami persiapan dua pekan. Satu pekan di Surabaya, sisanya sepekan kita kerjakan di sini. Tanggal 30 sudah di sini,” jelas Isa.

Isa mencatat membawa rombongan 100 orang lebih, lengkap ikut semua cabang lomba. Dalam tahun ini, Isa menargetkan pihaknya bisa meraih juara 1 dan menjadi juara umum seperti tahun sebelumnya.

“Kaltim orangnga sangat ramah. Kami diterima dengan baik dan meriah, langsung dibawa ke Kampung Kecil oleh Kominfo Kaltim,” kata Isa.

“Luar biasa makannya pedas-pedas cocok banget sama lidah Jawa. Makanannya luar biasa,” pungkasnya.

Kafilah Papua

Tak kalah menarik, kafilah dari Papua Barat. Kafilah, dalam pawai menggunakan mobil hias miniatur rumah adat, dan beberapa orang menggunakan pakaian adat khas Papua Barat. Beberapa warga pun mengajak berfoto.

Ketua harian LPTQ Papua Barat Musa menjelaskan, kafilahnya membawa rumah kaki seribu, salah satu rumah adat di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Menggambarkan semangat toleransi umat beragama adat, pemerintah, dan masyarakat bersatu.

“Bahkan satu kelurga ada yang berbeda agama. Meski berbeda semangat toleransi dikedepankan,” jelas Musa.

Musa sendiri mengaku membawa sedikit peserta. Sekitar 19 peserta. Meski begitu, Musa berharap bisa membawa kualitas yang bagus dan semangat kebersamaan dalam MTQ juga dikedepankan.

“Kami yakin dan percaya kami tampil terbaik. Setiap event MTQ kami selalu tampil 10 besar. Tahun ini sepertinya sulit karena jumlah peserta terbatas, tapi kami berikan yang terbaik,” tambahnya.

Musa mengaku senang di Samarinda. Kafena disambut dengan baik dan ramah. Namun dirinya sedikit kecewa dengan antusias masyarakat yang menurutnya masih kurang. Sarannya untuk waktu pawai tidak terlalu pagi.

“Rutenya pendek dan masyarakat tidak banyak yang menyambut. Mungkin waktunya bisa agak siang agar lebih banyak masyarakat yang hadir,” pungkasnya. (kf/red)

Tinggalkan Komentar